Apa itu Katekumen?
Katekumen adalah istilah yang berasal dari Gereja Perdana, diberikan kepada seorang dewasa yang sedang belajar untuk mengenal, memasuki dan menghidupi iman Katolik. Para Katekumen akan menjalankan serangkaian program persiapan yang disebut Katekumenat. Setelah menyelesaikan Katekumenat, Para Katekumen selanjutnya akan menerima Sakramen-sakramen Inisiasi (Baptis, Krisma dan Ekaristi) dalam Gereja Katolik.
Apa Perbedaan Katekumen dan Audientes?
"Katekumen" hendaknya dibedakan dari "Audientes". "Audientes" adalah mereka yang baru mulai tertarik kepada iman Katolik, berbeda dari "Katekumen" yang telah membuat komitmen awal untuk mendapatkan iman Katolik.
Apa itu katekumenat?
    Menjadi orang Kristen merupakan suatu proses, tahap demi tahap. Langkah pertama ialah katekumenat, yakni masa persiapan dengan pelajaran-pelajaran dan upacara-upacara kecil yang bersifat sakramentali. Pada zaman dahulu para katekumen tidak diperbolehkan ikut perayaan Ekaristi. Baru sesudah dibaptis mereka boleh ikut perayaan Ekaristi. Maka pembaptisan pun dipandang sebagai suatu langkah yang amat penting dalam proses inisiasi itu. Sesudah pembaptisan mereka dihadapkan pada bapa uskup, yang meletakkan tangan atas mereka dan mengurapi mereka. Karena mereka diurapi dengan krisma, yakni “minyak zaitun atau minyak lain yang diperas dari tetumbuhan” (KHK kan. 847), upacara ini kemudian disebut “krisma”. Sesudah itu mereka baru diperbolehkan mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi, yang dipandang sebagai langkah terakhir dalam proses
Apa itu sakramen inisiasi?
Ada tiga sakramen dalam proses menjadi orang Kristen, yakni Pembaptisan, Krisma dan Ekaristi, yang karenanya disebut “sakramen-sakramen inisiasi”. Dalam arti yang sesungguhnya Ekaristi tidak termasuk inisiasi, selain bila diikuti untuk pertama kalinya. Bila selanjutnya orang mengambil bagian dalam perayaan Ekaristi lagi, itu sudah bukan “inisiasi” lagi, sebab Ekaristi adalah tujuan dan sekaligus langkah terakhir dari seluruh proses inisiasi Kristen.
Apa saja tahap sakramen inisiasi bagi seorang katekumen?
    Tata cara perayaan inisiasi Kristen sekarang ditetapkan dalam buku resmi liturgi “Inisiasi Kristen” untuk Gereja Indonesia dari tahun 1977, sebagai berikut: “Inisiasi Kristen mengikuti suatu pola yang kurang lebih sama, di mana dapat dibedakan tahap-tahap berikut:
  • Tahap 1 : Dari “simpatisan” menjadi “katekumen”;
  • Tahap 2 : Dari “katekumen” menjadi “calon baptis”;
  • Tahap 3 : Dari “calon baptis” menjadi “baptisan baru”.
  • Maka hampir dengan sendirinya inisiasi Kristen mendapat susunan sebagai berikut:
  • (a) Masa pra-katekumenat untuk para simpatisan.
  • (1) Tahap pertama: Upacara pelantikan menjadi katekumen.
  • (b) Masa katekumenat untuk para katekumen.
  • (2) Tahap kedua: Upacara pemilihan sebagai calon baptis.
  • (c) Masa persiapan terakhir untuk para calon baptis yang terpilih.
  • (3) Tahap ketiga: Upacara sakramen-sakramen inisiasi.
  • (d) Masa pendalaman iman (mistagogi) untuk para baptisan baru.”
Apa itu Mistagogi?
Mista, dari kata musterion, artinya misteri, dan gogi dari kata goga, artinya ‘dipimpin’. Jadi arti mistagogi adalah dipimpin kepada misteri iman saat Baptisan. Atau kemudian, dipimpin kepada misteri kehidupan iman setelah Baptisan. Bissa di baca dalam Katekismus Gereja Katolik KGK 1234-1245.
Apa tujuan dari masa Mistagogi?
Istilah bagi mereka yang baru dibabtis adalah « neophytes » artinya babtisan baru, dalam pengertian iman mereka baru, masih dalam bentuk kuncup, baru tumbuh, belum mekar berbunga…. Maka butuh perawatan, bimbingan untuk menghadirkan pengalaman iman dan buah-buah sakramen yang baru diterima, dan juga agar secara lebih mendalam masuk dalam hidup iman dan misi dari komunitas umat beriman, yakni Gereja. Dalam Pedoman Umum Katekese no. 89, yang mengacu pada Gereja Perdana di jaman Patristik (jaman Bapa-bapa Gereja) memberikan dua tujuan utama dari katekese mistagogi, yakni : membanti para néophytes untuk menginternalisasikan sakramen-sakramen dalam hidup mereka, dan membimbing mereka masuk (incorpore) dalam komunitas kaum beriman, Gereja (bdk. lima tugas pokok Gereja). Internalisasi sakramen-sakramen meliputi pengalaman iman yang dialami, pengetahuan dan patrisipasi aktif, terlebih dalam Ekaristi kudus. Para babtisan baru mendapatkan suatu pengetahuan yang komplit dan berguna tentang misteri iman yang mereka alami dari bauh-buah sakramen yang telah diterima dalam katekese bimbingan kepada mereka. Mereka masih memiliki iman yang baru maka bagaimana sikap hati mereka mendengarkan warta Injil dan hidup lebih intim dengan Sabda Allah. Juga bagaimana mereka masuk dalam persekutuan bersama Roh kudus dan mengalami betapa baiknya Tuhan. Berkaitan dengan tata iman dan tata ibadat (perayaan-perayaan iman) bagaimana hal itu diselarskan sehingga tidak jatuh dalam ritualisme (bdk. Sacramentum Caritas no. 64). Masuk dalam komunitas kristiani mengungkapkan bahwa bukan sekedar masuk dalam suatu kelompok atau group tertentu dan memperkenalkan diri sebagai anggota baru, tetapi lebih dari itu bahwa kita semua sebagai putera-puteri dari satu Allah Bapa yang sama, masuk dalam persekutuan dengan Yesus Kristus, Putera Tunggal Bapa, dan juga masuk dalam persekutuan persaudaraan dengan umat kristiani lainnya, sehingga kita menjadi anggota yang satu dan sama dimana Kristus Yesus menjadi kepalanya (bdk. 1 Korintus 12, 5). Dalam Ekaristi, di Doa Syukur Agung ada suatu ungkapan doa : « … semoga kita dihimpun menjadi satu umat Allah oleh Roh Kudus » (DSA II).
Bagaimana melaksanakan masa mistagogi itu?
Masa misatagogi berdasarkan pada pengalaman pribadi dan baru dari hidup sakramental dan komuniter dari babtisan baru. Maka untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para babtisan baru, katekis menjawab dan menjelaskannya berdasarkan pengalaman hidup sakramen. Dalam Exortasi Apostolik Sacramentum Caritas no. 64, Paus Benediktus XVI memberikan tiga elemen dasar untuk mistagogi : Pertama-tama, interpretasi ritual harus sesuai dengan peristiwa penyelamatan sesuai dengan Tradisi yang dihidupi Gereja. Sesungguhnya Perayaan Ekaristi, dengan kekayaanya yang tak terbatas, mempunya refrensi yang berkelanjutan pada sejarah keselamatan… Katekese mistagogi juga harus peduli menyajikan makna dari tanda-tanda dan tata gerak yang terkandung dalam ritus, terutama pada perayaan Ekaristi. Suatu tugas yang urgent, mengingat jaman kita sekarang ini dengan segala kemajuan teknologinya, ada resiko kehilangan dan tidak diharagainya tanda dan symbol dan makna yang terkandung di dalamnya. Lebih dari itu, katekese mistagogi harus membangkitkan dan mendidik sensibilitas umat beriman pada bahasa tanda-tanda dan gerak tubuh, yang terhubung dengan kata-kata yang terucapkan, yang membentuk ritual itu. Dan akhirnya, katekese mistagogi harus memperhatikan makna ritual dalam relasinya dengan hidup kristiani dalam seluruh dimensinya, dalam kerja dan aktivitas, dalam pikiran dan emosi, dalam sentimen dan rasa tanggung jawab, … dst. Maka masa mistagogi memberi penekanan pada hubungan antara misteri yang dirayakan (dalam Ekaristi dan perayaan liturgi lainnya) dengan tugas perutusan (misioner) kaum beriman. Maka dalam konteks ini, hasil akhir dari masa mistagogi adalah kesadaran dari diri pribadi bahwa hidupnya diubah oleh mysteri – mysteri kudus yang dirayakan. Bhakan semuanya itu bertujuan untuk melatih kaum beriman untuk hidup sebagai manusia baru dalam iman yang dewasa, yang memungkinkan dia untuk bersaksi dalam harapan iman kristiani yang mengilhaminya. Dari semua penjelasan di atas dapat kita katakan bahwa masa mistagogi merupakan suatu masa yang penting bagi para babtisan baru untuk menginternalisasikan sakramen-sakramen yang diterima, khususnya Ekaristi kudus dan integrasi mereka masuk dalam komunitas kaum beriman, yakni Gereja (bdk. Ujud-ujud doa umat hari minggu dalam masa Paskah, hampir selalu ada doa untuk para babtisan baru). Selain itu bagi kita kaum beriman juga merupakan moment yang penting untuk membaharuan diri barsama Kristus yang wafat dan bangkit selama masa Paskah, yang telah kita nyatakan di Malam Paskah (bdk. Pembaharuan janji babtis). Maka Gereja mengajak kita untuk tekun berdoa selama masa Paskah bersama Bunda Maria, Bunda Kristus dan Bunda Gereja (bulan Mei, bulan Maria) untuk menantikan kedatangan Roh Kudus di Hari Raya Pentekosta. Maka dari cuplikan pernyataan Bapa Suci Benediktus XVI dalam Sacramentum Caritas tersebut di atas, masa Paskah merupakan masa mistagogi, bukan hanya untuk para babtisan baru, tetapi juga bagi kita semua kaum beriman kristiani, yakni Gereja. Dalam konteks Tahun Liturgi Gereja, masa Paskah adalah juga masa mistagogi, kita diajak untuk bertekun berdoa bersama Bunda Maria menantikan kedatangan Roh Kudus di Hari Raya Pentekosta. Bahkan di bulan Mei selain sebagai Bulan Maria, secara nasional merupakan bulan Ekaristi (apa masih berlaku ??). Kemudian menyusul Hari Raya Tritunggal Mahakudus, HR. Tubuh dan Darah Kristus, Hati Yesus yang mahakudus, yang semuanya merupakan hari raya iman.
Apa itu Sakramen Pembaptisan?
Sakramen baptis adalah sakramen pertama yang diterima oleh seorang yang hendak menjadi anggota Gereja Katolik. Sakramen baptis adalah sakramen pertama dalam inisiasi Katolik. Inisiasi adalah penerimaan seseorang masuk ke dalam atau menjadi anggota kelompok tertentu. Pembaptisan membebaskan penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari hukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui “rahmat yang menguduskan” (rahmat pembenaran yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan dengan Kristus dan Gereja-Nya). Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam imamat Kristus dan merupakan landasan komunio (persekutuan) antar semua orang Kristen.
Apa Materi dan Forma Sakramen Baptis
  • Materi: Air
  • Forma: Aku membaptis kamu dalam nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus.
Apa saja Buah Atau Rahmat Sakramen Baptis?
  • Mendapat pengampunan dari segala dosa, baik dosa asal maupun dosa yang dibuatnya.
  • Menjadi ciptaan baru dan dilantik menjadi anak Allah.
  • Memperoleh rahmat pengudusan yang;membuatnya sanggup semakin percaya kepada Allah, berharap kepada-Nya, dan mencintai-Nya.Membuatnya hidup di bawah bimbingan dan dorongan Roh Kudus.Membuatnya sanggup bertumbuh dalam kebaikan.
  • Digabungkan menjadi anggota Gereja, sebagai bagian dari Tubuh Mistik Kristus.
  • Dimeteraikan secara kekal dalam sebuah meterai rohani yang tak terhapuskan, sebagai bagian dari Kristus.
Apa itu Sakramen Komuni Pertama?
Komuni adalah sebuah pernyataan iman dari umat Katolik dengan cara mendapatkan atau menerima tubuh dan darah Yesus Kristus melalui satu Ekaristi kudus. Hal ini bisa terjadi ketika seseorang sudah memenuhi ketentuan gereja dalam penerimaannya.
Apa saja Syarat Menerima Komuni Pertama?
  • Termasuk dalam Kesatuan Gereja Katolik.
  • Memenuhi Aturan Usia.
  • Menjalani Persiapan Komuni Pertama.
  • Melaksanakan Sakramen Pengakuan Dosa.
  • Berpuasa Sebelum Menyambut Komuni.
Apa itu Sakramen Krisma?
Sakramen Krisma adalah Sakramen yang diberikan oleh umat beriman sebagai Sakramen kedewasaan iman akan Yesus Kristus yang telah siap mewartakan Kerajaan Allah.
Apa itu Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua setelah sakramen Tobat. Dalam sakramen ini seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini. “Pengurapan orang sakit dapat diberikan bagi setiap umat beriman yang berada dalam bahaya maut yang disebabkan sakit atau usia lanjut” (kanon 1004; KGK 1514). Baru menderita sakit atau pun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Apa itu Sakramen Perkawinan?
Sakramen Pernikahan adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi penerimanya (pasangan pria dan wanita) untuk suatu misi khusus dalam pembangunan Gereja dan menganugerahkan rahmat demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda cinta kasih yang menyatukan Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan suatu ikatan yang bersifat permanen dan eksklusif yang dimateraikan oleh Allah.
Apa itu Sakramen Imamat?
Tahbisan adalah Sakramen, yang olehnya perutusan yang dipercayakan Kristus kepada Rasul-rasul-Nya, dilanjutkan di dalam Gereja sampai akhir zaman. Dengan demikian ia adalah Sakramen pelayanan apostolik. Ia mencakup tiga tahap: episkopat, presbiterat, dan diakonat.